Dia Dia Dia (2)
DIA mengenal Airi dari sejak duduk di bangku mungil alias bangku taman kanak-kanak. Makhluk bertubuh tinggi,berkulit putuh, berbadan kurus dan berwajah tampan itu begitu mengagumi pribadi Airi dari kecil. Bahkan ketika Airi harus kencing dicelana gara-gara ia tak berani meminta izin ke ibu gurunya untuk kebelakang pun mungkin sampai sekarang masih di ingat oleh makhluk itu.
Masa SD,SMP,SMA terlewat begitu cepat dalam hidup Airi hingga pada masa penentuan masa depan ini ia dipertemukan lagi dengan sosok makhluk itu. Dan fatalnya, makhluk itu hadir pada saat yang tepat. Pada saat hati Airi terlalu hampa,terlalu tertekan dan terlalu sakit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dia datang pada saat Airi tak mau lagi percaya pada orang-orang disekitarnya. Dia datang pada saat Airi butuh setetes air untuk sekedar membasuh luka hatinya. Pada saat itu Dia bagaikan tangan malaikat bagi Airi.
Secepat masa SD, SMP, dan SMAnya, selama itu pula makhluk itu begitu mengagumi kepribadian Airi. Dan pada saat Airi jatuh, ia ada disampingnya selam tepat 6 bulan berikutnya.
Tapi seketika dalam 6 bulan itu Airi mulai sadar bahwa ia terlalu jauh melanggar prinsip hidup yang dibuatnya sendiri yakni "NO MAN. NO PACARAN. NEVER. FOREVER!" Dan seketika itu pula ia berbalik arah 180derajat dari tempatnya sekarang.
Airi mulai sadar bahwa meski ia sedang jatuh, sedang tak percaya kekuatan Tuhan, sedang tak percaya pada semua orang, sedang sakit hati pada semua orang, dan sedang mencari temapt sandaran, ia tak seharusnya melanggar prinsip hijab dalam hidupnya.
"Astaghfirullahal'adzim..." begitu hatanya sambil menggelengkan kepala jika teringat kelakuannya selama 6 bulan belakangan bersama makhluk berbadan kurus itu.
Kini, 6 bulan berlalu. Ia cukup mengambil sikap bijak terhadap makhluk itu. Diputuskanlah hubungan spesial itu dan mereka kini hanya berkawan biasa saja. Tak kalah bijak, makhluk berbadan kurus itupun menerima dengan lapang hati apa yang menjadi keputusan Airi, meski pada lubuk hati Airi yang paling dalam Airi memohon, "Tuhan,jangan DIA jodohku..."
***
Masa SD,SMP,SMA terlewat begitu cepat dalam hidup Airi hingga pada masa penentuan masa depan ini ia dipertemukan lagi dengan sosok makhluk itu. Dan fatalnya, makhluk itu hadir pada saat yang tepat. Pada saat hati Airi terlalu hampa,terlalu tertekan dan terlalu sakit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Dia datang pada saat Airi tak mau lagi percaya pada orang-orang disekitarnya. Dia datang pada saat Airi butuh setetes air untuk sekedar membasuh luka hatinya. Pada saat itu Dia bagaikan tangan malaikat bagi Airi.
Secepat masa SD, SMP, dan SMAnya, selama itu pula makhluk itu begitu mengagumi kepribadian Airi. Dan pada saat Airi jatuh, ia ada disampingnya selam tepat 6 bulan berikutnya.
Tapi seketika dalam 6 bulan itu Airi mulai sadar bahwa ia terlalu jauh melanggar prinsip hidup yang dibuatnya sendiri yakni "NO MAN. NO PACARAN. NEVER. FOREVER!" Dan seketika itu pula ia berbalik arah 180derajat dari tempatnya sekarang.
Airi mulai sadar bahwa meski ia sedang jatuh, sedang tak percaya kekuatan Tuhan, sedang tak percaya pada semua orang, sedang sakit hati pada semua orang, dan sedang mencari temapt sandaran, ia tak seharusnya melanggar prinsip hijab dalam hidupnya.
"Astaghfirullahal'adzim..." begitu hatanya sambil menggelengkan kepala jika teringat kelakuannya selama 6 bulan belakangan bersama makhluk berbadan kurus itu.
Kini, 6 bulan berlalu. Ia cukup mengambil sikap bijak terhadap makhluk itu. Diputuskanlah hubungan spesial itu dan mereka kini hanya berkawan biasa saja. Tak kalah bijak, makhluk berbadan kurus itupun menerima dengan lapang hati apa yang menjadi keputusan Airi, meski pada lubuk hati Airi yang paling dalam Airi memohon, "Tuhan,jangan DIA jodohku..."
***
0 komentar:
Posting Komentar
kalo mau nyampah juga boleh...