Stan-Up Comedy
Akhir akhir ini dunia hiburan diramaikan oleh hiburan baru yaitu stand up comedy. Stand-up comedy adalah seni melawak (komedi) yang disampaikan di depan penonton secara langsung (live). Biasanya sang komedian akan melakukan one man show, melemparkan lelucon melalui monolog atau statement dalam satu kalimat yang mengandung humor. Komedian di jalur ini biasanya menulis skrip lawakannya untuk tampil dalam 20-45 menit. Kadang-kadang mereka memakai alat bantu untuk menyampaikan lelucon mereka. Meskipun namanya stand-up comedy, pelawak tidak harus terus menerus berdiri, beberapa pelawak menyampaikan sambil duduk seperti sedang bercerita pada kita. Sejarah stand-up comedy dimulai sejak abad 18 di Eropa dan Amerika. Banyak komedian ternama memulai karir mereka sebagai stand-up comedian, sebut saja Woody Allen, Bill Cosby, Steve Martin, Jerry Seinfeld, dan Robin Williams. Dalam sejarahnya perkembangan stand-up comedy juga ditemui di berbagai benua. Bahkan negeri tetangga Malaysia punya seorang stand-up comedian terkenal, Akmal Saleh. India punya Jhony Lever dan dilanjutkan Cyrus Broacha.
Sebenarnya stand-up comedy bukan hal baru di Indonesia. Teringat dulu ada Taufik Savalas (Alm) dengan acara "Comedy Cafe" yang pernah tayang di Trans TV Juli - September 2004 di TransTV. Ada juga Pepeng yang sambil membawakan acara kuis Jari-jari menyelipkan humor segar. Disambung dengan Iwel di DemoCrazy, meskipun belum bisa dibilang dia melakukan Stand-up comedy murni. Tidak lupa Butet Kertarajasa yang legendaris lewat monolognya Laskar Dagelan di TBY. Bahkan seorang Raditya Dika sepertinya juga sedang mencoba masuk jalur ini. Raditya Dika mulai melontarkan statement-statemen sarkasme (meskipun tidak dilakukan monolog) di peluncuran bukunya atau di Provocative Proactive yang dia bawakan.
Tidak hanya on air, ternyata Indonesia punya Stand-up comedian yang off air juga. Mereka biasanya manggung di Comedy Cafe- Kemang. Ada nama Ramon P.Tommybens sebagai seniornya stand-up comedy Indonesia. Ada juga Dila Dill yang sudah melawak sejak umur 6 tahun.
Stand-up comedy memang kurang populer di Indonesia karena mainstream industri lawak masih pada physical comedy. Pak Bendot (Alm) di Srimulat terus di bully untuk memancing tawa penonton. Aziz Gagap di paksa duduk di kursi stereofoam, Omas ditertawakan atas bentuk bibirnya dan dipaksa berdandan tak enak dipandang agar penonton tergelak. Anggapan lain, lawakan hanya bisa muncul bila delakukan melalui percapakan, bukan monolog.
Lalu yang kemudian muncul di benak saya adalah apakah harus dibedakan antara Stand-up comedy dengan lawak? Karena gengsi mungkin?
Ya, memang anatara keduanya berbeda dari kedalaman makna. Stand-up comedy merupakan sebuah format pertunjukan lawak yang memiliki sejumlah konvensi atau pakem tersendiri. Pertanyaan di atas sama dengan, "Kenapa membedakan fiksi dengan novel?"
Novel memang karya fiksi, tapi tidak semua karya fiksi itu novel. Stand-up comedy memang pertunjukan lawak. Tapi tidak semua pertunjukan lawak itu stand-up comedy. Di Indonesia, sebagai contoh, ada format lawak Mataraman (atau Dagelan Mataram) yang dipopulerkan almarhum Basiyo (meninggal tahun 1984).
Novel memang karya fiksi, tapi tidak semua karya fiksi itu novel. Stand-up comedy memang pertunjukan lawak. Tapi tidak semua pertunjukan lawak itu stand-up comedy. Di Indonesia, sebagai contoh, ada format lawak Mataraman (atau Dagelan Mataram) yang dipopulerkan almarhum Basiyo (meninggal tahun 1984).
Kemudian muncul lagi pertanyaan, kenapa pelaku stand-up comedy disebut comic? Kenapa tidak disebut saja pelawak?
Sekali lagi, comic dan pelawak itu istilah dengan kedalaman makna berbeda. Yang pertama khusus, yang kedua umum. Analoginya seperti novelis dan penulis. Sah saja menyebut seorang novelis sebagai penulis. Namun, tidak semua penulis adalah novelis. Ada juga cerpenis, kolomnis, dan sebagainya.
Jadi silakan menyebut seorang comic sebagai pelawak. Tapi tidak semua pelawak adalah seorang comic. Di sisi lain, istilah lawak sendiri sudah mengalami penyempitan makna karena terlalu sering dikaitkan dengan format yang populer di Indonesia. Jadi, penggunaan istilah pelawak untuk mengacu seorang comic bisa jadi memberikan persepsi yang keliru. Bukannya tidak mau. Hanya berpotensi menyesatkan.
Dan pertanyaan terakhir, lalu sudah adakah istilah Indonesia untuk menyebut seorang comic atau stand-up comedian?
Sayangnya, belum. Kalau ada usul, silakan. Salah satu alternatif adalah “pengomtung” (diambil dari “komtung” -komedi tunggal-). Tapi istilah itu banyak menerima penolakan. Padahal salah satu syarat diterimanya sebuah istilah baru adalah penggunaannya secara meluas.
Ya...meskipun bisa dikatakan Stand-up comedy kurang pupuler di Indonesia, paling tidak masih ada sekelompok pelawak yang sadar kalau lawakan tidak harus stagnan di lingkup slapstick.
Contohnya yang satu ini, 13 Juli lalu, sejumlah stand-up comedian lokal menggelar acara #StandUpNite di Comedy Cafe Kemang. Acara yang diprakarsai oleh Ernest Prakasa, Adriandhy, Isman H.S., Pandji Pragiwaksono, dan Raditya Dika ini sukses dipadati banyak pengunjung, dan rencananya akan digelar secara rutin. Lalu ada lagi program Stand-up comedy Indonesia. Stand-up comedy Indonesia adalah program pencarian bakat stand-up comedy pertama di Indonesia. Program yang dibawakan oleh Pandji Pragiwaksono dan Raditya Dika di Kompas TV ini akan menampilkan komedian tunggal yang memamerkan bakat melucunya. Setelah melalui audisi di Bandung, Jakarta, Jogja Surabaya, dan Medan, terpilihlah 13 orang Stand-up comedian Indonesia.
Jadi saran saya, jadilah penikmat hiburan yang cerdas, yang bisa memilih hiburan yang cocok bagi diri dan sekitar anda. Carilah hiburan yang tidak hanya membuat anda tidak bisa berhenti tertawa tapi lebih dari itu, carilah hiburan yang sehat, masuk akal, tidak monoton, dan tidak mengandung unsure kekerasan didalamnya. Viva Stand-Up Comedy Indonesia !
dari berbagai sumber ^^
0 komentar:
Posting Komentar
kalo mau nyampah juga boleh...