20-11-2011 merupakan tanggal unik yang hanya akan terjadi sekali seumur hidup. Hal ini tidak disia-siakan begitu saja oleh para Blogger Bojonegoro. Berawal dari obrolan santai pada saat njungok tanggal 13 November 2011, akhirnya terciptalah acara yang mengundang begitu banyak decak kagum dari berbagai pihak, “Blogger Bojonegoro dari Ujung ke Ujung” dengan tema “Mengenal Bojonegoro lebih Lekat” atau lebih singkatnya kami menyebutnya njungok wisata.
Acara yang jatuh pada hari Minggu itu di ikuti oleh sekitar 60 peserta. Sekitar pukul 09.00 WIB peserta tampak sudah memadati basecamp Blogger Bojonegoro yang berlokasi di Jl.Gajahmada no. 5 Bojonegoro (Option.net). Selain di basecamp, ada juga peserta lain yang sudah menunggu di dekat lokasi njungok wisata, termasuk saya. Tepat pukul 10.00 WIB rombongan peserta njungok wisata mulai berangkat yang sebelumnya telah dilakukan semacam upacara pembukaan oleh ketua Blogger Bojonegoro, mas Dedex.
Lokasi pertama yang disinggahi adalah wisata kebun belimbing yang teletak di desa Ringinrejo kecamatan Kalitidu. Di desa ini hampir seluruh warganya berprofesi sebagai petani belimbing. Buah belimbing yang ada di kebun ini boleh dibilang mempunyai ukuran jumbo. Hal ini menjadikan buah belimbing ini sebagai salah satu produk andalan kota Bojonegoro. Disini peserta dibolehkan memetik satu buah belimbing untuk dicicipi rasanya. Dan bisa dibayangkan, betapa antusiasnya para peserta yang sedang kepanasan dipersilahkan memetik buah belimbing jumbo ini. Menurut pemilik kebun, pembudidayaan buah belimbing ini dilakukan swadaya oleh warga dan belum pernah ada penyuluhan dari pihak terkait mengenai pembudidayaan buah belimbing ini. Jika dilihat dari hasil pembudidayaan buah belimbing ini, sebenarnya perkebunan yang cukup luas ini berpotensi untuk dijadikan sebagai sarana agrowisata. Tidak perlu banyak biaya, cukup dengan sarana yang lebih ditingkatkan sedikit lagi, Bojonegoro akan lebih dikenal oleh masyarakat luas karena agrowisata ini. Misalnya, jalan raya menuju lokasi yang harus diperbaiki dan disediakannya tempat parkir yang cukup.
|
Kebun Belimbing Ringinrejo, Kalitidu |
Lanjut tujuan berikutnya adalah jembatan Malo. Pukul 12.00 WIB rombongan sampai di lokasi. Jembatan yang punya desain unik ini cukup menyita perhatian kami para peserta njungok wisata. Tanpa berlama-lama, pose berjajar memanjang dengan tangan saling menggenggam dan diangkat keatas menjadi gaya narsis kami ketika berada di atas jembatan yang membentang diatas derasnya arus bengawan Solo ini.
|
Narsis bentar di jembatan Malo |
Meski cuaca sepertinya agak mendung, tapi rombongan njungok wisata tetap melanjutkan perjalanan menuju desa pengrajin gerabah di kecamatan Malo. Sebelum sampai dilokasi, peserta singgah disebuah masjid guna menunaikan kewajiban sholat dhuhur, karena perlu diketahui juga, kami blogger yang taat menjalankan perintah agama. Hehe…
Selesai menunaikan kewajiban sholat dhuhur, peserta melanjutkan perjalanan yang letaknya sudah tidak jauh lagi. Sesampainya di lokasi, kami disambut oleh para celengan yang berjajar rapi disetiap halaman depan rumah warga. Bentuk dan ukurannya bervariasi. Mulai dari yang kecil sampai yang menyerupai ukuran sebenarnya, mulai dari bentuk macan sampai yang berbentuk naga. Sebagian warga di desa ini berprofesi sebagai pengrajin gerabah. Pengerjaannya pun disebar antar warga yang satu dengan yang lain. Misalnya begini, untuk untuk tahap awal, pencetakan, ada sekelompok warga yang mengerjakan. Lalu ketika bentuk yang di inginkan sudah jadi, tahap selanjutnya akan di kerjakan oleh kelompok warga yang lain, begitu seterusnya hingga proses akhir. Adapun pengiriman produk gerabah ini sudah mencapai kawasan Semarang, Solo, Ponorogo dan Madura.
|
Desa pembuat gerabah |
Setelah puas melihat langsung proses pembuatan gerabah andalan Bojonegoro, rombongan njungok wisata melanjutkan perjalanan menuju lokasi selanjutnya yaitu Gua Kikik. Kali ini sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan hutan jati yang masih sangat asri. Jalannya yang menanjak dan terjal terbayar sudah karena ketika sesampainya disana kami disuguhi pemandangan yang tidak biasanya kami lihat di daerah lain di Bojonegoro. Sebelum memasuki Gua Kikik, ada semacam air terjun mini yang airnya sangat dingin. Lalu butuh naik beberapa meter ke sebuah tebing untuk mencapai Gua kikik. Konon katanya di gua ini terdapat makam wong kalang (manusia purbanya Bojonegoro).
|
Gua Kikik |
Karena waktu berjalan begitu cepat, para peserta njungok wisata bergegas meninggalkan lokasi Gua untuk selanjutnya menuju ke daerah Kedewan untuk melihat tambang minyak tradisional. Ditengah perjalanan, kami berhenti di sebuah warung makan untuk istirahat sejenak sambil mengisi perut. Meski hanya semangkuk mie instan yang menjadi menu makan siang kami, namun semangat kami tidak surut sedikitpun. Ditemani udara pegunungan kapur yang masih sangat sejuk, kami dengan sabar menanti mie instan yang masih diolah. Karena merasa terlalu lama, saya dan beberapa rekan blogger mencoba melihat apa yang ada didapur pemilik warung. Dan hal unik yang kami temukan, ternyata gas kompor yang dipakai tersebut berasal dari pipa Pertamina yang terhubung langsung dan letaknya hanya beberapa meter dari warung tersebut (Hmm… membayangkan jika saya bertempat tinggal disini, pasti saya akan jadi ibu rumah tangga yang paling rajin memasak, gasnya gratis cyyiiinnn…nggak perlu deh rempong bawa tabung elpiji …)
Puas mengisi perut, perjalanan lanjut menuju desa Wonocolo kecamatan Kedewan. Lagi-lagi jalanan yang berliku dan terjal harus kami lewati. Sepanjang perjalanan kami disuguhi sumur-sumur bor yang terus memompa minyak dari dalam perut bumi. Alangkah kagumnya kami ketika sesampainya di lokasi, hamparan tambang minyak membentang di depan kami. Bisa dilihat, ada banyak sekali sumur bor yang ada disini dan letaknya berdekatan. Bisa dibayangkan juga kalau pada saat itu kami sedang berada tepat di atas tambang minyak yang mungkin sekarang sedang menjadi incaran para pihak asing. Proses penambangan disini masih dilakukan dengan cara tradisional. Alat yang dipakai pun seadanya. Berbeda dengan sumur-sumur bor yang kami lewati dalam perjalanan menuju lokasi ini. Karena hari sudah sore, tidak banyak para warga yang bisa kami temui di tempat penambangan.
|
Pertambangan tradisional Wonocolo |
Hari mulai gelap artinya kami harus melanjutkan perjalanan ke lokasi terakhir njungok wisata yaitu ke Blok Cepu. Dari jauh, api pembakaran gas di Blok Cepu sudah terlihat melambai-lambai. Beruntung kami sampai lokasi pada malam hari, karena ketika hari gelap pemandangan di Blok Cepu ini akan menjadi sangat indah. Sorot kilau lampu-lampunya akan jadi panorama tersendiri bagi siapa saja yang melihtanya. Pemandangan? Kenapa hanya bicara pemandangan? Yak, karena kita hanya bisa melihat Blok Cepu ini dari kejauhan. Keamanan dikawasan ini sangatlah ketat. Bahkan saking ketatnya terlihat jelas betapa kontrasnya kehidupan warga sekitar dengan apa yang ada didalam Blok cepu itu sendiri.
|
Blok cepu di malam hari |
Masih di kawasan Gayam, yang nantinya akan menjadi kecamatan baru, peserta njungok wisata terlihat sudah mulai kelelahan karena menempuh perjalanan yang cukup jauh. Bukan Blogger Bojonegoro namanya kalau tidak kreatif dan inisiatif, melihat kondisi peserta yang seperti itu, game-game seru pun langsung diluncurkan. Diantaranya adalah game tembak kelinci yang dipandu oleh om Pra. Para peserta njungok wisata pun mulai ceria kembali dan seperti menghilangkan rasa lelahnya. Lalu ada juga game “semut-gajah”. Kenapa saya sebut “semut-gajah”? ya, karena memang kata-kata itu yang dipakai dalam game ini yang selanjutnya tersisa 4 orang finalis (termasuk saya) untuk memperebutkan hadiah dari Blogger Bojonegoro. Tapi apa daya, dari 3 pertanyaan tidak ada satupun yang bisa saya jawab dengan benar dan sodara fadly lah pemenangnya. Tidak berhenti disitu, dari media patner, Blok Bojonegoro juga membagi-bagikan hadiah untuk dua orang pemenang.
Masih dilokasi yang sama, acara yang disponsori oleh idblognetwork ini resmi ditutup tapi perjalanan belum selesai. Masih ada satu lagi bagian dari Blok Cepu yang akan kami kunjungi. Letaknya tidak jauh dari lokasi yang pertama ini. Tapi peraturannya masih sama, kami hanya bisa melihat dari kejuahan saja. Dan sesuai rencana, tepat pukul 20.00 WIB rombongan njungok wisata meninggalkan lokasi dan kembali menuju basecamp. Dalam perjalanan pulang menuju kota Bojonegoro, masih jelas terlihat senyum kebahhagiaan diantara paserta njungok wisata ini. Meski menempuh ± 98 km, tapi hal itu tidak menyurutkan semangat kami untuk membuat acara yang lebih fantastis lagi. Karena inilah cara kami mengenal Bojonegoro lebih lekat. Karena inilah cara kami memperlihatkan pada dunia Bojonegoro yang sebenarnya. Hidup Blogger Bojonegoro! Hidup Bojonegoro! Ayo… Bojonegoro… Ayo!!!
|
Perjalanan pulang |
4 komentar:
Seru kayaknya
emang seru kakak...:D
Kereeen
iya om... kapan2 kita undang mau yak?
Posting Komentar
kalo mau nyampah juga boleh...