Penantian JODOH dan PERNIKAHAN Yang Indah


Siapa jodohku? Pertanyaan yang selalu ada di benak orang-orang yang sudah mencapai usia yang sudah matang dan cukup untuk menikah namun jodoh tak kunjung datang. Kapan melepas masa lajang? kapan nikah? kapan menyempurnakan separuh agama?. Kadang pertanyaan itu yang membuat kita yang masih sendiri menjadi jenuh dan pengen menghindari orang-orang yang bertanya seperti itu. Bukan bermaksud terlalu memilah-milah atau mencari seseorang yang sempurna, mungkin memang Allah punya rencana lain yang lebih indah dalam hidup kita.
Kepastiaan penantian itu akan terjawab ketika kecintaan kita pada Allah semakin kuat, banyak bercermin dan muhasabah saya rasa lebih baik. Jika memang kita ingin dimudahkan urusan kita oleh Allah, termasuk dicepatkan jodohnya, Bagaimana hubungan kita dengan Allah?. Apakah shalat kita selama ini sudahkah tepat waktu atau menunda-nunda?,  Bagaimana hubungan kita dengan orang tua?. Bagaimana hubungan kita dengan mantan-mantan kita (bagi yang punya mantan)?. Bagaimana hubungan kita dengan semua makhluk Tuhan?.

Ketika masih lajang, kita benar-benar penasaran tentang siapa pasangan kita ?. kadang ada yang sudah berpacaran bertahun-tahun tapi akhirnya putus juga, ada yang baru kenal beberapa bulan langsung menuju ke jenjang pernikahan, ada yang kenal melalui dunia maya, bahkan ada yang ta’aruf lewat mimpi, subhanallah, begitu hidup ini benar-benar misteri. Tapi tetaplah berusaha untuk tenang, serahkan, pasrahkan pada Allah yang Maha Mengatur hidup kita. Yakinlah bahwa semua orang diciptakan untuk saling melengkapi dan berpasang-pasang, tapi Allah memberikan itu pada saat yang tepat dan dengan orang yang tepat pula, dalam Al quran juga telah dijelaskan bahwa jodoh kita nanti adalah cerminan dari diri kta, jika kita baik maka jodoh kita akan baik pula, begitu sebaliknya. Maka tidak salah jika kita harus senantiasa untuk memperbaiki diri,
Bagi Laki-laki mencari istri yang cantik, shalihah, yang dapat menjadi penyejuk mata dan menetramkan hati, belajar untuk menjadi lelaki yang bertanggungjawab. Begitu pula dengan  perempuan mencari laki-laki yang diharapkan bisa menjadi Imam yang bisa membimbing untuk menjauhkan diri dari api neraka, belajar menjadi istri yang bisa menjadi sebaik-baik perhiasan dunia. Tapi yang namanya manusia memang tidak ada yang sempurna, mencintai itu karena kita bisa menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan, sedangkan membenci itu karena kita tidak bisa menerima kekurangan dan kelebihannya, semua itu pilihan kita, mencintai atau membenci?. Namun kita harus senantiasa untuk menjaga diri, menghargai diri sendiri dengan tidak mengatakan “aku cinta kamu” pada sembarang orang, insyAllah jika kita mau menjaga diri, pasti Tuhan juga akan menjaga kita dan menepati janji-Nya bagi orang-orang yang teguh keyakinannya.

Ketika mulai mendekati ke jenjang yang lebih serius, yaitu pernikahan, kitapun disibukan dengan banyak hal, semua persiapan telah dilakukan. Baik secara lahir maupun batin, karena merasa bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral, yang hanya ingin dilakukan sekali seumur hidup, bahkan berharap bisa menjadi pasangan lagi ketika di akhirat kelak. Salah satu Misyaqon Gholidhon yang  memang harus dipahami makna dan dijaga  ini kadang kurang diperhatikan oleh manusia, sehingga begitu banyak perceraian yang terjadi.
Pernikahan bukanlah hanya sekedar melegalkan hubungan seks yang awalnya haram menjadi halal, tpi lebih dari itu, komunikasi, saling memahami, saling pengertian, saling memberi perhatian dan penerimaan apa adanya sebagai pakaian yang harus saling menutupi dan melengkapi. Memang  menikah bukanlah satu-satunya tujuan hidup, tapi itu merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri pada-Nya. Bersatu untuk saling bisa mengingatkan untuk bisa lebih baik dan bersama-sama untuk menggapai ridho-Nya. InsyAllah jika itu tujuannya maka keluarga akan menjadi sakinah, mawadah wa rahmah . ketentraman hati yang didapatkan oleh orang-orang yang telah menyempurnakan separuh agama.

Tentu dalam membina rumah tangga tidak selalu mulus, karena cinta itu harus diuji agar terbukti kematangan kekuatannya, saya rasa hanya iman yang dapat mengembalikan kita pada hakikat dari pernikahan itu sendiri. Menyelamatkan perjalanan suci yang penuh dengan seni.  Dalam membina Setiap 5 tahun sekali pasti ada cobaan yang kadang dirasa cukup berat yang membuat bahtera itu goyah , setiap rumah tangga pasti ada. Menikah bukan untuk main-main, bukan untuk sehari 2 hari, sebulan 2 bulan atau setahun 2 tahun, tapi semua berharap menikah sekali seumur hidup. Sebenarnya jika kita mau ber Pendamping hidup yang bukan hanya untuk bisa berbagi diranjang, tetapi dalam segala kehidupan, bisa menjadi sahabat, teman, orang tua atau apapun yang memang dibutuhkan dari pasangan tersebut. Menyatuka dua hati yang berbeda menjadi satu tujuan yang sama memang bukan hal yang mudah,. He.. ^_^

Mari belajar untuk senantiasa mengoreksi diri, manakah yang kita dahulukan dalam menghadapi masalah, ego kita, emosi kita, , akal, perasaan atau hati kita?. Memilih menjadi bijak tanpa harus menunggu tua. Tetap semangat dalam menjalani kehidupan dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam hidup.
Tips sehat untuk kita semua: jangan terlalu berharap dan terlalu besar mencintai seseorang agar tetap merasa aman & punya tempat untuk mencintai diri sendiri agar akal sehat ikut punya gawe dalam mengendalikan cinta syarat dengan emosi. (Jawa Pos, for her) | Dulur ku (inspired)

0 komentar:

Posting Komentar

kalo mau nyampah juga boleh...